
Pertaruhan UEFA di Lisbon
BD - Badan sepakbola tertinggi di Eropa, UEFA terus bekerja keras agar perhelatan andalan mereka, Champions League (UCL) bisa bergulir hingga partai puncak.
Seperti kita semua mungkin sudah tahu, mulai babak perempat final hingga final UEFA memutuskan akan digelar di satu tempat, yaitu di Lisbon, Portugal.
Ini semua tidak bukan untuk mensiasati pandemik bedebah, Covid-19 yang benar-benar menganggu hampir seluruh sendi-sendi kehidupan di dunia. Sepak bola termasuk di dalam-nya.
Dari catatan saya, perhelatan UCL di satu tempat seperti yang akan dihelat musim ini bakal jadi yang pertama dalam sejarah.
Tapi apa daya? Ini adalah keputusan terbaik dan mungkin terpahit yang harus diambil. Banyak pertimbangan, tentunya yang harus dipikirkan kalau sampai UCL musim ini berhenti.
Mulai dari aspek kesehatan maupun finansial. Dua-duanya sama-sama penting dan harus beriringan.
Aspek protolol, jelas harus dijalankan betul. Mulai dari swab test, sosical distancing, pertandingan tanpa penonton, hingga "laws of the game" yang diubah seperti pergantian pemain hingga 5x di waktu normal dan 6x saat memasuki extra time.
Bukan hanya itu, fase perdelapan final hingga semifinal hanya dilangsungkan 1 leg di satu tempat, Lisbon, Porugal. Semua ini tentu sebuah terobosan untuk dapat menjalankan pertandingan demi pertandingan dan di saat yang sama menjaga dari kemungkinan potensi penyebaran Covid-19 sebagai cluster baru .
Tulisan ini bukan mau berdebat soal mana duluan ayama tau telor.
UEFA tentu harus berhitung, berapa kerugian baik material maupun imaterial kalau sampai UCL musim ini berhenti di tengah jalan.
Ok, kalau penonton jelas tidak mungkin diharapkan. Karena hampir pasti hingga partai puncak yang rencana nya digelar 23 Agustus mendatang, dipastikan tanpa penonton.
Namun setidaknya hak siar yang nilainya 'wow', lalu kemudian kerjasama sponsor, serta reputasi keagungan panggung UCL menjadi taruhan-nya.
UEFA saya yakin, sadar betul akan hal ini sehingga mereka 'bertekad' untuk menyelesaikan musim ini sampai di titik yang tidak mungkin.
Tpi yang jelas, dengan protocol yang ketat dan disiplin, bergulirnya sisa pertandingan UCL dari sudut pandang saya setidaknya bisa menjadi oase bagi penduduk dunia yang tengah dilanda kecemasan tiada akhir.
Beruntung memang, ada teknologi 'not so jadul' bernama televisi, yang membuat manusia dari seluruh penjuru manapun bisa terhibur dengan aksi-aksi para jawara klub Eropa bertarung di panggung antar klub paling bergengsi di muka bumi.
Sudah satu dekade lebih saya berususan dengan UEFA dalam hal peliputan hajatan mereka. Mereka, layaknya lembaga lainnya, memang bukan entitas suci yang tanpa cela.
Tapi dari pengalaman dan pengamatan saya, mereka selalu menempatkan semua pihak dalam proporsinya masing2, profesional dan membagi kue se-rata mungkin.
Dari lubuk hati yang paling dalam, mudah-mudahan, in 10 or 20 years, this year will be remembered as the most unique UCL of all time and bring joy to the whole human being.
God luck, participants & may the best win!
Penulis :Haris Pardede / IG @bungharpa
Berita Terkait
5 Peraturan Aneh Pelatih Top Dunia
Mertesacker Kapten Arsenal
Ada Keturunan Jerman di Seleksi Timnas
Anak Pelatih ATM di Kontrak Genoa
Persib Jamu Arema di Stadion Galuh ?
Ini Pelatih yang di Kagumi Pep
Ayah Striker Arsenal Jualan Gurita di London
Morata Bakal Turun Hadapi Liechtenstein
Pengakuan Giroud Soal Sissoko