Ajax Amsterdam: 3x Menang di Kandang Lawan, Klimaks atau Antiklimaks?

Ajax Amsterdam: 3x Menang di Kandang Lawan, Klimaks atau Antiklimaks?

BD - Ajax Amsterdam tampil impresif di panggung Champions League (UCL) musim ini. Mereka berhasil melenggang hingga ke semifinal melewati berbagai ranjau darat.

Di fase 16 Besar, Ajax menyingkirkan juara bertahan Real Madrid. Kemudian, di babak selanjut-nya, menjungkalkan Juventus meski sudah diperkuat dengan mesin gol-nya Cristiano Ronaldo.

Kini kaki mereka ada di semifinal. Berhadapan dengan Tottenham Hotspur, tim yang menyingkirkan sesama wakil Inggris, Manchester City.

"De Gondenzonden" atau anak-anak Tuhan berhasil mengemas kemenangan 1-0 di Tottenham Hotspur Stadium lewat gol tunggal Donny van de Beek.

Petualangan Ajax terbilang spesial. Betapa tidak? Selama memasuki fase knockout, Ajax sudah 3x menang di kandang lawan.

Lawan-lawan-nya pun bukan sembarang lawan. Permainan efisien diikuti serangan balik menjadi senjata mematikan tim yang menjadi produsen pemain-pemain hebat dunia tersebut.

Yang menarik, taktik 'Winning The Second Ball' yang diusung komandan Erik Ten Hag benar-benar membuat permainan Ajax seperti tanpa beban dan terasa ringan.

Taktik ini sebenarnya pengejahwantahan dari "high pressing defense" yang sudah diterapkan oleh banyak-banyak klub di dunia, termasuk Perija Jakarta dan Persib Bandung.

Namun, beda-nya dilengkapi dengan sistem pertahanan berlapis yang membuat mereka sering kali memenangkan duel bola-bola tanggung.

Apalagi, sistem ini ditunjang oleh pemain-pemain cerdas semacam Frenkie de Jong yang memiliki daya nalar dan kejeniusan di atas pemain rata-rata.

Frenkie menjadi katalisator dari sistem permainan Ajax. Gelandang 21 tahun ini bukan hanya cakap dalam mengalirkan bola dari belakang ke depan, tapi juga bertahan.

Frenkie seperti punya 5 mata di kepala-nya serta seperti cenayang, yang tahu pattern permainan lawan ke mana bola akan diarahkan.

Arie Haan, malah melabeli Frenkie sebagai "The New Franz Beckenbauer" versi komplit. Tak heran, Barca langsung mengamankan bakat besar-nya dengan cek €75 juta Januari kemarin.

Kehadiran David Neres dan Hakim Ziyech juga membuat rudal-rudal Ajax menembak begitu precise dan mematikan.

Di pertandingan semalam melawan Spurs, Ajax hampir unggul 2x kalau sepakkan Neres yang dibangun via serangan balik tidak membentur tiang gawang.

Menariknya, soal torehan jagoan away ini disikapi dua sisi oleh para pecinta sepak bola di seluruh dunia. Ada yang mengatakan, skuad muda Ajax punya mental juara.

Namun, ada pula yang mengatakan permainan Ajax seperti sudah menyentuh langit ketujuh. Mereka yang mengusung hipotesa ini malah khawatir (seandainya) pasukan Erik Ten Hag lolos ke final, malah bakal anti klimaks alias loyo.

Seperti diketahui, semifinalis lainnya mempertemukan tim yang belum pernah juara Premier League (EPL) yakni Liverpool dan jawara La Liga musim ini, Barcelona. 

Hemm.. Satu yang pasti Ajax sudah membuktikan bahwa mereka bukan kebetulan ada di babak semifinal dan kini tinggal selangkah lagi menuju Wanda Metropolitano, venue final UCL musim ini..

Tiga kemenangan di kandang lawan bukti bahwa ini merupakan tim terbaik Ajax sejak memenangkan gelar UCL tahun 1995.

Sedikit lagi, mereka bakal mencapai partai paling bontot di kompetisi antar klub paling elit di muka bumi yang rencananya digelar persis sebulan dari sekarang, 1 Juni 2019.

Pembaca bebas melihat apakah Ajax sebagai unstoppable a bunch of crazy young footballers atau a bunch of hot young properties yang tinggal menunggu sodoran proposal dari klub besar Eropa lainnya dengan gaji fantastis?

For the time being, lets enjoy the beutiness of football of Ajax Amsterdam!

 

Author :IG @bungharpa

Berita Terkait